review-film-drive

Review Film Drive

Review Film Drive. Empat belas tahun setelah rilisnya, Drive masih jadi film yang bikin penonton terpaku layar, campur kagum sama ketenangan Ryan Gosling dan deg-degan sama ledakan kekerasannya. Karya Nicolas Winding Refn tahun 2011 ini, adaptasi novel James Sallis, baru dapat spotlight segar di 2025: masuk daftar “The 100 Best Movies of the 21st Century” versi pembaca New York Times di posisi 129, plus screening spesial 35mm di Academy Museum LA Juli lalu dengan komposer Cliff Martinez hadir langsung. Gross $81 juta dari budget $15 juta, rating 93% di Rotten Tomatoes, dan 7.8/10 di IMDb dari jutaan votes—film ini bukti kalau neo-noir bisa abadi. Di era superhero meledak-ledak, Drive kasih vibe beda: stuntman misterius yang lebih suka diam daripada ngomong, dengan synth score dreamy yang bikin suasana LA malam terasa seperti mimpi buruk manis. Saat tren film action condong ke CGI berlebih, karya ini ingetin esensi genre: ketegangan dari diam yang tegang. Artikel ini kupas ringkasan, alasan hits, plus pro-kontra, biar kamu langsung replay atau tambah ke watchlist. BERITA VOLI

Apa Ringkasan Singkat dari Film Ini

Drive ikutin seorang Driver tanpa nama (Ryan Gosling), cowok LA yang kerja ganda: stuntman di film Hollywood siang hari, getaway driver buat preman malam hari. Dia dingin, efisien—punya aturan sederhana: 5 menit persiapan, kabur tanpa ampun. Hidupnya berubah pas ketemu tetangga Irene (Carey Mulligan), ibu muda polos dengan anak kecil Benicio. Driver jatuh hati diam-diam, bantu Irene jemput anak, dan pelan-pelan buka sisi lembutnya yang jarang keluar.

Masalah datang saat suami Irene, Standard (Oscar Isaac), keluar penjara dan butuh duit cepat. Dia ajak Driver bantu rampok toko gadai senilai jutaan, janji bagi hasil. Tapi heist gagal total: Standard tewas, dan mafia—dipimpin Nino (Ron Perlman) dan Bernie (Albert Brooks)—kejar Driver karena curiga dia pengkhianat. Motif Driver bergeser: lindungi Irene dan Benicio dari balas dendam, meski risikonya nyawa sendiri. Cerita penuh chase mobil brutal, momen romansa halus seperti elevator kiss ikonik, dan kekerasan mendadak yang bikin kaget—seperti scene pisau di pesta. Durasi 100 menit ini campur slow-burn drama dengan aksi eksplosif, diakhiri Driver kabur ke kegelapan, tinggalkan LA yang penuh neon. Berdasarkan novel minimalis, filmnya kompres kekacauan emosi jadi narasi lincah, fokus pada kesepian di balik topeng macho.

Apa yang Membuat Film Ini Sangat Populer

Drive meledak bukan cuma dari Gosling yang jadi ikon “Driver” dengan jaket satin scorpion-nya, tapi dari cara Refn campur neo-noir klasik dengan sentuhan modern yang bikin nagih. Debut di Cannes 2011 dapat standing ovation dan Best Director buat Refn, langsung jadi sensasi budaya—synth score dari Cliff Martinez dan Kavinsky’s “Nightcall” bikin soundtracknya laris, sering dipake meme dan TikTok challenge di 2025. Di Letterboxd, ribuan review sebut ini “perfect rewatch,” dengan elemen visual seperti neon LA dan wide-angle shots yang mirip Michael Mann atau Walter Hill, tapi lebih dreamy.

Alasan utama: performa Gosling yang stoic—dia ngomong minim, tapi mata dan gerakannya bilang segalanya, bikin karakter misterius tapi relatable. Chemistry dengan Mulligan halus, tambah kedalaman emosi tanpa kata-kata berlebih. Kekerasan grafisnya—head stomp yang infamous—provokasi tapi purposeful, dorong diskusi soal “style over substance” yang malah bikin viral. Di 2025, masuk NYT readers’ list dan screening Academy Museum naikin hype lagi, plus pengaruh ke game seperti Hotline Miami yang adaptasi visualnya. Kritikus seperti Roger Ebert puji sebagai “existential getaway driver,” sementara fans Reddit bilang ini “best action film 2010s” karena stunt real tanpa CGI, bikin chase terasa autentik. Box office sukses dan cult statusnya bukti: film ini bridge arthouse sama blockbuster, tarik gamer, cinephile, sampe Gen Z yang suka aesthetic vaporwave.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini: Review Film Drive

Drive unggul di visual dan atmosfer yang immersive: cinematography Newton Thomas Sigel pake wide lens bikin LA malam jadi karakter sendiri, neon biru-teal yang saturated bikin setiap frame kayak lukisan. Aksi chase-nya thrilling—real cars, no CGI—kasih bobot autentik, sementara score synth hypnotic tambah ketegangan slow-burn. Gosling brilian sebagai anti-hero: diamnya bikin intens, dan Brooks curi scene sebagai mafia dingin yang Oscar-nominated. Tema kesepian dan loyalitas ngena dalam, mirip film noir tapi fresh—Ebert sebut “rebuke to action klise,” dengan momen romansa seperti elevator scene yang poetic. Pacing seimbang: 40 menit awal build tension pelan, lalu eksplode di paruh kedua. Buat fans genre, ini masterclass di balancing violence dengan humanity, plus cast solid seperti Cranston sebagai mentor tragis.

Tapi, kekurangan ada. Plotnya minimalis sampe terasa tipis: dialog sedikit bikin karakter side seperti Irene kurang fleshed out, lebih ke trope “damsel” daripada punya agency—seperti ulasan Guardian sebut “violence rips holes in plot.” Kekerasan grafisnya shocking tapi kadang gratuitous, bikin audience walk out atau kasih rating R yang ketat, potensial rugiin box office awal. Beberapa kritikus bilang Gosling terlalu passive, bikin cerita lambat di tengah—Metacritic punya review “hyper stylized tapi ego director blown bits.” Ending ambigu bisa frustrasi buat yang suka closure jelas, dan romansa terasa underdeveloped. Meski begitu, minus ini justru bikin film unik; nggak semua suka, tapi yang suka, suka banget—solid buat yang siap ketegangan emosional.

Kesimpulan: Review Film Drive

Drive adalah bukti kalau diam bisa lebih lantang daripada ledakan—dari ringkasan getaway romansa brutal, popularitas berkat Gosling ikonik dan visual neon, hingga kekuatan atmosfer minus plot tipis, film ini tetep relevan di 2025 sebagai neo-noir gem. Saat action film penuh CGI, karya Refn ingetin: kekuatan dari ketenangan dan synth beat yang nempel di kepala. Kalau kamu suka cerita misterius dengan hati gelap, tonton ulang sekarang—siapa tahu, malam ini kamu nemu drive sendiri. Rating: 8.2/10, wajib buat fans thriller yang suka mikir sambil deg-degan.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *