review-film-mulholland-drive

Review Film Mulholland Drive

Review Film Mulholland Drive. Pada November 2025 ini, tepat 24 tahun setelah rilisnya, “Mulholland Drive” karya David Lynch kembali menyita perhatian lewat edisi restorasi 4K yang tayang ulang di festival bioskop indie Eropa, memicu gelombang esai dan podcast tentang mimpi buruk Hollywood yang tak lekang. Sebagai film neo-noir yang lahir dari pilot serial TV gagal, karya ini berubah jadi mimpi buruk psikologis selama 147 menit, mengikuti Betty Elms (Naomi Watts), aktris pemula yang tiba di Los Angeles dan terjerat misteri dengan wanita amnesia Rita (Laura Harring). Dengan narasi non-linear yang kabur antara mimpi dan realita, film ini mengeksplorasi kegilaan ambisi, identitas palsu, dan kegelapan industri hiburan—tema yang semakin relevan di era influencer dan skandal selebriti. Palme d’Or Cannes 2001 dan nominasi Oscar untuk Watts bukti keabadiannya, dengan rating IMDb 7.9 yang terus naik di re-watch komunitas. Bukan film mudah, tapi pengalaman hipnotis yang bikin gelisah—review ini selami lapisan-lapisannya, dari plot memutar otak hingga visual yang merayap, agar Anda siap terjun ke labirin Lynch di akhir tahun ini. INFO CASINO

Plot yang Memutar Otak dan Penuh Misteri: Review Film Mulholland Drive

Plot “Mulholland Drive” adalah teka-teki yang tak pernah selesai, dibangun seperti jalan raya namanya: berliku, gelap, dan tiba-tiba berubah arah. Dimulai dengan adegan dansa jitterbug yang aneh, cerita lompat ke kedatangan Betty di LAX, penuh harapan naif sebagai gadis Kanada yang mengejar bintang. Ia temui Rita, korban tabrakan misterius yang amnesia dan sembunyi di apartemen Betty, memicu petualangan detektif amatir: cari identitas Rita sambil Betty audisi untuk peran impian. Semuanya terasa seperti dongeng Hollywood—tapi pelan-pelan, retakan muncul: petunjuk aneh seperti kunci biru, kamar Club Silencio yang bisik “No hay banda”, dan subplot produser film yang diancam pria cowboy.

Pivot di pertengahan ubah segalanya: narasi pecah jadi dua realita, di mana mimpi Betty runtuh jadi kenyataan pahit Diane Selwyn, aktris gagal yang terobsesi cinta sesama jenis dan diburu rasa bersalah. Lynch tak beri petunjuk linear; ia campur elemen surreal seperti nenek sihir atau kopi Club Silencio yang “ilusi”, buat penonton susah bedakan fiksi dari trauma. Di re-watch 2025, plot ini terasa seperti metafora kegagalan industri—di mana ambisi jadi parasit, relevan saat skandal casting call marak. Pacing lambat tapi tegang, dengan klimaks emosional yang bikin napas tertahan, tanpa resolusi rapi. Hasilnya, plot bukan cerita biasa, tapi undangan untuk pecah otak sendiri—film yang makin dalam tiap tonton, tapi tak pernah beri jawaban pasti.

Karakter yang Rapuh dan Menggoda: Review Film Mulholland Drive

Karakter di “Mulholland Drive” adalah bayang-bayang yang hidup, di mana setiap wajah sembunyikan jurang emosi. Betty/Diane, dimainkan Watts dengan transformasi brilian dari gadis polos beraksen Kanada ke wanita hancur yang histeris, jadi jantung film—senyum lebarnya di awal kontras isak tangis akhir, tangkap esensi mimpi Hollywood yang retak. Ia bukan heroine sederhana; obsesinya pada Rita ungkap sisi gelap hasrat dan iri, buatnya relatable bagi siapa pun yang pernah kecewa di kota besar.

Rita/Camilla, Harring yang misterius dengan rambut hitam basah dan gaun glamor, adalah katalisator: amnesia-nya simbol hilang identitas di industri, tapi di balik itu ada kekuatan sensual yang dorong Betty ke kegilaan. Tokoh pendukung seperti Adam Kesher (Justin Theroux), sutradara sombong yang dipaksa ganti aktris oleh mafia misterius, tambah satire—ia wakili ego pria Hollywood yang buta. Lalu ada figur aneh seperti pria di Winkie’s diner yang cerita mimpi buruknya jadi nyata, atau nenek tua yang bisik rahasia, yang bikin dunia Lynch terasa berpenduduk hantu. Karakter ini tak hitam-putih; Diane bukan korban murni, tapi pelaku yang rusak, dengan chemistry Watts-Harring yang panas tapi tragis. Di 2025, saat diskusi LGBTQ+ makin terbuka, hubungan mereka terasa lebih berani dan menyakitkan, buat karakter ini bukan ikon, tapi cermin rapuh ambisi manusia.

Sinematografi dan Suara yang Hipnotis

Sinematografi “Mulholland Drive” adalah mimpi buruk yang indah, karya Peter Deming yang mainkan cahaya seperti sulap—sinar matahari Los Angeles yang keemasan kontras bayang biru malam Mulholland, dengan lensa wide-angle yang buat kota terasa luas tapi menyesakkan. Adegan pembuka di apartemen Betty difilmkan intim, close-up wajah penuh harap, sementara pesta Hollywood yang glamor pakai warna saturasi tinggi untuk sindir kemewahan palsu. Tracking shot panjang di Club Silencio, di mana layar biru dan lip-sync palsu, ciptakan rasa ilusi yang merayap ke penonton.

Suara desain Angelo Badalamenti adalah mantra: score jazz noir yang lambat dan berulang, seperti “Llorando” yang berubah dari romantis jadi obsesif, dukung transisi mimpi-realita tanpa dialog berlebih. Efek suara halus—denting kunci biru atau bisik “Silencio”—bikin bulu kuduk merinding, sementara editing Lynch yang non-linear potong scene seperti potongan mimpi, dengan fade to black yang tiba-tiba. Di restorasi 4K 2025, detail seperti debu di udara atau pantulan mata Watts lebih tajam, buat pengalaman bioskop terasa segar dan lebih mencekam. Teknik ini tak pamer; ia bisik rahasia, buat film bukan hanya dilihat, tapi dirasakan di tulang—seperti naik rollercoaster di kegelapan.

Kesimpulan

“Mulholland Drive” tetap jadi labirin sinematik tak tertandingi di November 2025, dengan restorasi yang bukti daya hipnotisnya sebagai kritik Hollywood yang abadi. Plot memutarnya, karakter rapuhnya, dan sinematografi hipnotisnya satukan jadi pengalaman yang gelisah tapi memabukkan, enam belas tahun kemudian. Meski susah diikuti bagi pemula, kekuatannya ada di undangan untuk tafsir pribadi—film yang makin kaya tiap ulang. Bagi fans Lynch atau siapa pun penasaran mimpi buruk Tinseltown, ini wajib; rating: 9/10, layak ditonton sendirian di malam hujan. Di era di mana realita dan virtual kabur, “Mulholland Drive” ingatkan: di balik gemerlap, ada kegelapan yang tak pernah pergi.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *