Review Film The Raid 2: Berandal

Review Film The Raid 2: Berandal

Review Film The Raid 2: Berandal. The Raid 2: Berandal, sekuel dari The Raid: Redemption, kembali menjadi sorotan di 2025 seiring dengan munculnya pembicaraan tentang adaptasi Hollywood dan penayangan ulang di platform streaming. Dirilis pada 2014 dan disutradarai oleh Gareth Evans, film produksi Indonesia ini berhasil melampaui pendahulunya dengan skala yang lebih besar, cerita yang lebih kompleks, dan aksi yang semakin brutal. Dibintangi oleh Iko Uwais, The Raid 2 mengukuhkan posisi Indonesia di perfilman aksi dunia. Dengan durasi 150 menit, film ini menawarkan perpaduan intens antara drama kriminal dan koreografi pencak silat. Mengapa film ini layak ditonton, dan apa kelebihan serta kekurangannya? Artikel ini akan mengulas The Raid 2: Berandal secara ringkas dan jelas. BERITA TOGEL

Ringkasan Singkat Mengenai Film Ini
The Raid 2: Berandal melanjutkan kisah Rama (Iko Uwais), polisi elit dari The Raid: Redemption, yang kini bekerja sebagai agen undercover untuk mengungkap sindikat kriminal di Jakarta. Setelah bertahan dari serbuan di apartemen Tama, Rama ditugaskan untuk menyusup ke dalam organisasi mafia yang dipimpin oleh Bangun (Tio Pakusadewo). Untuk mendekati putra Bangun, Uco (Arifin Putra), Rama menyamar sebagai tahanan bernama Yuda dan masuk penjara, di mana ia menghadapi pertarungan brutal. Di luar penjara, ia terlibat dalam perang antar geng antara keluarga Bangun dan saingannya, Bejo (Alex Abbad), serta yakuza Jepang yang dipimpin oleh Goto (Kenichi Endo). Dengan pengkhianatan dan konspirasi di setiap sudut, Rama harus bertahan hidup sembari mengungkap korupsi yang melibatkan polisi dan penjahat. Film ini dipenuhi aksi ikonik, seperti pertarungan di dapur dan duel di lumpur.

Kenapa Film Ini Layak Untuk Ditonton
The Raid 2: Berandal wajib ditonton karena menawarkan pengalaman aksi yang epik dengan narasi kriminal yang lebih dalam dibandingkan pendahulunya. Koreografi laga, yang dirancang oleh Iko Uwais dan Yayan Ruhian, menghadirkan adegan pertarungan yang memukau, seperti duel satu lawan banyak di penjara dan kejar-kejaran mobil yang mendebarkan. Film ini juga memperluas cakupan dengan mengeksplorasi dunia kriminal Jakarta, menyerupai film gangster klasik seperti The Godfather atau Infernal Affairs. Sinematografi Gareth Evans, dengan pengambilan gambar yang dinamis dan warna yang kaya, membuat setiap adegan terasa hidup. Penampilan aktor seperti Arifin Putra dan Tio Pakusadewo menambah bobot emosional, sementara karakter pendukung seperti Hammer Girl (Julie Estelle) dan Baseball Bat Man (Very Tri Yulisman) memberikan warna unik. Kesuksesan film ini di festival seperti Sundance 2014 dan pujian dari kritikus internasional menegaskan kualitasnya sebagai salah satu film aksi terbaik dekade ini.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif The Raid 2 terletak pada ambisinya yang besar. Koreografi aksi, terutama adegan pertarungan di dapur dan penjara, adalah salah satu yang terbaik dalam perfilman modern, memadukan pencak silat dengan intensitas brutal. Cerita yang lebih kompleks, dengan intrik kriminal dan pengkhianatan, memberikan kedalaman yang tidak dimiliki film pertama. Akting ensemble, terutama Iko Uwais, Arifin Putra, dan Yayan Ruhian, sangat kuat, didukung oleh produksi berkualitas tinggi meski dengan anggaran $4,5 juta. Film ini juga membawa kebanggaan bagi Indonesia, membuktikan bahwa perfilman lokal bisa bersaing di panggung dunia. Namun, ada kekurangan. Durasi 150 menit terasa panjang bagi sebagian penonton, terutama karena beberapa subplot, seperti konflik yakuza, kurang tergali. Kekerasan yang sangat grafis, seperti adegan dengan palu dan kelewang, mungkin terlalu intens untuk sebagian audiens. Selain itu, fokus pada narasi kriminal kadang mengalihkan perhatian dari aksi, yang menjadi daya tarik utama film pertama, membuat beberapa penggemar merasa kehilangan kesederhanaan The Raid: Redemption.

Kesimpulan: Review Film The Raid 2: Berandal
The Raid 2: Berandal adalah sekuel yang ambisius dan memukau, menggabungkan aksi pencak silat yang luar biasa dengan drama kriminal yang intens. Dirilis pada 2014, film ini tetap relevan di 2025 berkat koreografi laga yang ikonik dan pengaruhnya terhadap perfilman aksi global. Meski durasinya yang panjang dan kekerasan grafis bisa menjadi kendala bagi sebagian penonton, keunggulan film ini terletak pada eksekusi teknis, akting yang kuat, dan keberaniannya mengeksplorasi narasi yang lebih kompleks. Bagi penggemar aksi atau mereka yang ingin melihat kehebatan perfilman Indonesia, The Raid 2 adalah tontonan wajib yang menawarkan adrenalin, emosi, dan kebanggaan nasional. Film ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu menghasilkan karya kelas dunia yang terus dikenang.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *