Review Film Bridesmaids
Review Film Bridesmaids. Oktober 2025, film komedi Bridesmaids karya Paul Feig kembali mencuri perhatian setelah masuk daftar New York Times sebagai salah satu 100 film terbaik abad ke-21 di posisi 32, rilis akhir Juni lalu. Rumor sequel berjudul Bridesmaids 2025 yang disebut bakal reuni cast ikonik untuk petualangan pernikahan kacau baru juga lagi ramai dibahas di grup Facebook, janjikan tawa segar 14 tahun setelah rilis aslinya. Dibintangi Kristen Wiig sebagai Annie yang lagi down, Maya Rudolph sebagai pengantin bahagia, plus Melissa McCarthy dan Rose Byrne yang curi perhatian, film ini bukan sekadar romcom—ia cerita persahabatan cewek yang brutal jujur di tengah pesta pernikahan. Di era di mana sequel komedi lagi marak, Bridesmaids tetep relevan: dari meme food poisoning di X sampe diskusi Reddit soal “best girl power movie”. Artikel ini review ulang klasik 2011 ini, dari plot sampe plus-minusnya, biar Anda paham kenapa nonton ulang di 2025 masih bikin perut sakit ketawa. BERITA TERKINI
Ringkasan dari Film Ini: Review Film Bridesmaids
Bridesmaids, rilis 2011 dengan runtime 125 menit, ceritanya pusat di Annie—toko kue gagal yang lagi struggle hidup setelah putus dan bisnis bangkrut—dipaksa jadi bridesmaid utama sahabatnya, Lillian (Maya Rudolph), yang nikah mewah. Annie janji bikin pesta sempurna, tapi rivalitas sama Helen (Rose Byrne), sahabat kaya Lillian, bikin segalanya kacau. Tim bridesmaid termasuk Megan (Melissa McCarthy) yang eksentrik, Rita (Wendi McLendon-Covey) yang frustrasi rumah tangga, dan Becca (Ellie Kemper) yang polos, tambah dinamika grup cewek yang relatable.
Film bagi tiga act ala pesta nikah: persiapan bridal shower yang mewah tapi awkward, food poisoning di pesta teh Inggris yang jadi scene ikonik, sampe puncak di fitting room gaun yang berujung muntah massal. Annie belajar lepas kendali lewat romansa ringan sama cop (Chris O’Dowd), sementara Lillian hilang dan tim selamatkan dia dari drama. Endingnya manis: Annie bangkit, persahabatan kuat, dan pernikahan Lillian sukses meski chaos. Score Michael Andrews yang upbeat dukung visual colorful Chicago, campur dialog improvisasi yang bikin alami. Dengan box office $306 juta dari budget $32,5 juta, film ini loncat dari romcom standar ke ensemble comedy yang raw emosional.
Kenapa Film Ini Sangat Untuk Ditonton: Review Film Bridesmaids
Bridesmaids wajib ditonton ulang di 2025 karena humornya timeless—scene pesawat mabuk dan muntah di gaun bridal tetep bikin ngakak, seperti yang disebut anniversary 10 tahunnya 2021. Cast-nya powerhouse: Wiig’s deadpan delivery bikin Annie jadi everyman relatable, McCarthy’s physical comedy curi spotlight sebelum Ghostbusters, sementara Rudolph’s warmth jaga hati hangat. Di tengah rumor sequel 2025 yang janjikan reuni, film ini cocok buat fans yang haus girl power tanpa toksik—cerita persahabatan cewek yang jujur soal kegagalan, envy, dan growth, mirror realita dewasa di era burnout.
Pacing-nya cepat tanpa drag: act pertama bangun karakter pelan, lalu ledak chaos di mid-film yang bikin susah napas. Cocok buat pemula komedi Feig—lebih grounded dari Spy tapi sama gila—atau veteran yang pengen nostalgia 2011 vibe. Streaming di Peacock atau Prime Video bikin akses mudah, ideal buat girls’ night atau solo laugh terapi. Singkatnya, ini film multifungsi yang bikin mikir sambil ketawa, pas buat Oktober yang lagi dingin dan pengen cerita ringan tapi ngena.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif Bridesmaids kuat: script Wiig dan Annie Mumolo yang improvised bikin dialog hidup—scene jewelry store yang molor 10 menit jadi gold, sementara tema kegagalan dewasa (Annie’s depression) seimbang humor tanpa preach. Ensemble cast-nya seimbang: Byrne’s passive-aggressive Helen jadi villain relatable, O’Dowd’s charm tambah romansa manis, dan McCarthy’s breakout role bukti komedi fisik cewek bisa overshadow cowok. Di 2025, relevansinya naik dengan NY Times ranking, plus score Andrews yang catchy dukung emosi berat. Dampak budaya? Buka pintu buat female-led comedy, inspirasi Booksmart sampe Barbie, rating Rotten Tomatoes 78% yang solid karena “hilarious yet heartfelt”.
Tapi, negatifnya ada: pacing mid-film terlalu chaos, bikin scene food poisoning over-the-top sampe terasa gross-out comedy murahan buat penonton sensitif. Beberapa trope romcom seperti “guy saves girl” terasa dated, sementara side plot Annie’s mom (Jill Clayburgh) undercooked. Ending terlalu neat—semua masalah selesai cepat—bikin kurang depth buat yang pengen drama lebih dalam; Telegraph review 2011 sebut “develops into something more” tapi kadang jatuh ke slapstick. Di era sensitivitas 2025, tema body positivity implisit bagus, tapi fat-shaming joke McCarthy bisa trigger. Intinya, plusnya dari chemistry cast, minusnya dari formula komedi—Feig ambil risiko female ensemble, tapi kadang aman.
Kesimpulan
Bridesmaids di 2025 tetep bridesmaid terbaik komedi cewek, dengan ringkasan chaos pernikahan dari Annie ke Lillian, alasan ditonton lewat humor improvised dan cast powerhouse, plus keseimbangan positif heartfelt dan negatif over-the-top yang bikin tawa nempel. Dari 2011 jadi timeless soal persahabatan, film ini bukti komedi butuh chaos buat manis. Buat yang belum, stream sekarang—siapa tahu sequel 2025 bawa bridesmaid baru. Di akhir, Bridesmaids ingatkan: pesta hidup kacau, tapi sahabat bikin sempurna. Selamat nonton, dan jangan lupa bawa tisu—buat tawa atau air mata.