review-film-afterburn

Review Film Afterburn

Review Film Afterburn. Film Afterburn (2025) hadir sebagai salah satu tontonan aksi post-apokaliptik yang dinanti penggemar genre laga. Dibintangi oleh Dave Bautista dan disutradarai oleh J.J. Perry, film ini menawarkan premis menarik tentang dunia yang hancur akibat semburan matahari, dengan petualangan seru seorang pemburu harta karun. Berbasis komik Red 5 Comics, Afterburn mencoba memadukan aksi intens ala Michael Bay dengan nuansa distopia yang kelam. Namun, apakah film ini mampu memenuhi ekspektasi sebagai tontonan yang menghibur sekaligus bermakna? Berikut ulasan lengkapnya. BERITA BOLA

Ringkasan Singkat Film Ini
Afterburn berlatar satu dekade setelah semburan matahari dahsyat menghancurkan belahan timur Bumi, merusak teknologi, dan meninggalkan dunia dalam kekacauan. Jake (Dave Bautista), seorang mantan tentara yang kini menjadi pemburu harta karun, mendapat tugas dari Valentine (Samuel L. Jackson) untuk mencari lukisan legendaris Mona Lisa. Dalam perjalanannya, Jake dibantu oleh Drea (Olga Kurylenko), seorang pejuang yang mengenal medan dengan baik. Namun, misi ini tidak mudah. Jake harus menghadapi penjarah, mutan, dan kekuatan besar yang juga mengincar Mona Lisa, yang ternyata menyimpan rahasia lebih besar dari sekadar karya seni. Dengan durasi 1 jam 45 menit, film ini menyajikan petualangan penuh aksi, ledakan, dan intrik di dunia yang porak-poranda.

Apa yang Membuat Film Ini Enak Untuk Ditonton
Afterburn adalah tontonan yang cocok bagi penikmat aksi tanpa henti. Adegan laga menjadi daya tarik utama, dengan baku tembak, ledakan besar, dan kejar-kejaran yang dikemas dengan intensitas tinggi. J.J. Perry, yang dikenal sebagai koordinator aksi di film seperti Fast & Furious, berhasil menghadirkan koreografi laga yang memacu adrenalin. Dave Bautista, dengan fisiknya yang kekar, tampil meyakinkan sebagai Jake, sosok pemburu harta karun yang tangguh namun punya sisi humanis. Kehadiran Samuel L. Jackson, meski porsinya terbatas, memberikan sentuhan karisma yang sulit diabaikan. Latar dunia post-apokaliptik dengan gurun gersang dan sisa-sisa peradaban juga menambah nuansa petualangan yang seru, mirip dengan vibe Mad Max. Bagi yang mencari hiburan ringan dengan aksi brutal, film ini bisa jadi pilihan untuk mengisi akhir pekan.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Di sisi positif, Afterburn unggul dalam menyajikan aksi yang menghibur. Adegan-adegan laga dirancang dengan baik, terutama saat Bautista bertarung melawan musuh-musuhnya dengan gaya yang maskulin namun tetap terkendali. Musik latar karya Roque Baños juga sukses memperkuat suasana tegang dan epik, terutama pada momen-momen puncak. Selain itu, beberapa elemen visual, seperti kehadiran aurora borealis di langit distopia, memberikan sentuhan unik yang memperkaya latar film. Chemistry antara Bautista dan Olga Kurylenko cukup menyenangkan, meski tidak terlalu mendalam.

Namun, film ini tidak luput dari kelemahan. Cerita Afterburn terasa klise dan kurang orisinal, mengingatkan pada film-film seperti Mad Max atau Death Race tanpa membawa keunikan yang kuat. Alur cerita sering kali terasa bertele-tele dengan eksposisi yang tidak perlu, membuat ritme film tersendat. Efek visual, meski dibuat dengan bujet sekitar 60 juta dolar, terlihat murahan di beberapa bagian, terutama pada CGI asap dan ledakan yang kurang meyakinkan. Karakter pendukung, termasuk yang diperankan oleh aktor berbakat seperti Samuel L. Jackson dan Kristofer Hivju, kurang mendapat porsi yang memadai, sehingga terasa seperti tempelan semata. World building dunia post-apokaliptik juga terasa dangkal, lebih mirip set studio daripada dunia yang benar-benar hancur. Penyuntingan yang buruk membuat beberapa adegan aksi kehilangan ketegangan, dan ending film terasa terburu-buru serta kurang memuaskan.

Kesimpulan: Review Film Afterburn
Afterburn adalah film aksi yang menyenangkan untuk dinikmati jika ekspektasi Anda adalah hiburan penuh ledakan tanpa terlalu memikirkan logika cerita. Dave Bautista tampil solid sebagai pemeran utama, didukung oleh koreografi aksi yang apik dan beberapa momen visual yang menarik. Namun, cerita yang klise, efek visual yang kurang memukau, dan pengembangan karakter yang minim membuat film ini gagal mencapai potensi penuhnya sebagai tontonan post-apokaliptik yang epik. Bagi penggemar Bautista atau mereka yang hanya ingin menikmati aksi tanpa beban, Afterburn cukup layak ditonton di bioskop. Namun, jika Anda mengharapkan narasi mendalam atau dunia distopia yang imersif, film ini mungkin akan terasa mengecewakan. Afterburn adalah guilty pleasure yang seru, tapi sayangnya tidak meninggalkan kesan yang mendalam.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *