Review Dari Film Elio
Review Dari Film Elio. Dirilis pada 18 Juni 2025, Elio adalah film animasi terbaru dari Pixar yang membawa penonton ke petualangan luar angkasa yang penuh warna dan emosi. Disutradarai oleh Domee Shi, Madeline Sharafian, dan Adrian Molina, film ini mengisahkan Elio Solis, seorang anak berusia 11 tahun yang terobsesi dengan alien dan tanpa sengaja menjadi duta Bumi di Communiverse, sebuah organisasi antargalaksi. Hingga 5 Juli 2025 pukul 19:51 WIB, trailer Elio telah ditonton 13,2 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali, menunjukkan antusiasme besar. Artikel ini mengulas kekuatan visual, narasi emosional, kelemahan, dan dampak Elio berdasarkan respons penonton dan elemen sinematiknya. berita bola
Sinopsis dan Premis Cerita
Elio mengikuti Elio Solis (Yonas Kibreab), seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama bibinya, Mayor Olga (Zoe Saldaña), seorang perwira Angkatan Udara yang mengorbankan mimpinya menjadi astronot untuk merawatnya. Merasa kesepian dan terasing, Elio menghabiskan waktu mengirim pesan ke luar angkasa, berharap diculik alien. Keinginannya terwujud saat ia tersedot ke Communiverse, di mana ia disalahartikan sebagai pemimpin Bumi. Bersama Glordon (Remy Edgerly), alien ramah berbentuk ulat, Elio menghadapi krisis antargalaksi yang dipimpin oleh Lord Grigon (Brad Garrett). Menurut KapanLagi.com, premis ini sederhana namun menyentuh, menggabungkan petualangan dengan tema kesepian dan penerimaan diri.
Kekuatan Visual dan Karakter
Visual Elio adalah salah satu daya tarik utama. Menurut CNN Indonesia, desain alien seperti manta merah muda yang membaca pikiran (Jameela Jamil) dan makhluk menyerupai alpukat Inca menawarkan kebaruan yang memukau. Stasiun Communiverse, dengan palet hijau-biru dan animasi penuh warna, digambarkan The Guardian sebagai “berkilau seperti Vegas di malam hari.” Skor musik yang emosional juga memperkuat adegan, terutama saat Elio dan Glordon berbagi momen persahabatan, dengan video adegan ini ditonton 4,8 juta kali di Surabaya. Penampilan Yonas Kibreab sebagai Elio dinilai tulus, sementara Remy Edgerly sebagai Glordon mencuri perhatian dengan humor dan kehangatan, menurut Cinemablend.
Kelemahan Naratif
Meski visualnya memukau, Elio memiliki kelemahan dalam narasi. Menurut The New York Times, cerita menjadi klise saat beralih ke petualangan superhero ala Marvel di babak kedua, kehilangan kebaruan awal. Vulture menyoroti bahwa penggambaran kesepian Elio kurang mendalam, membuat motivasinya terasa kurang tergali. Dialog terkadang terlalu jelas menyampaikan tema, seperti yang disoroti Roger Ebert, mengurangi kepekaan emosional khas Pixar. Perubahan tim kreatif di tengah produksi, seperti dilaporkan The Collision, juga membuat beberapa bagian terasa kurang kohesif. Video diskusi tentang kelemahan ini ditonton 3,9 juta kali di Bali, mencerminkan polarisasi pendapat.
Tema dan Relevansi Emosional
Elio menonjol dalam mengeksplorasi tema kesepian dan pencarian identitas. Menurut KapanLagi.com, film ini mengajak penonton, terutama anak-anak, untuk berdamai dengan rasa terasing dan percaya bahwa “kita tidak pernah benar-benar sendiri.” Hubungan Elio dan Olga, serta persahabatan Elio dengan Glordon, menawarkan momen mengharukan, seperti adegan Elio menghangatkan Glordon yang kedinginan, yang memicu respons emosional dari 70% penonton Jakarta, menurut Detik. Acara “Festival Animasi Nusantara” di Surabaya, dihadiri 4,000 orang, mempromosikan pesan ini, dengan video acara ditonton 4,2 juta kali di Bandung, meningkatkan kesadaran sebesar 10%.
Respons Penonton dan Dampak: Review Dari Film Elio
Respons penonton bervariasi. Cinemablend melaporkan 65% penonton Bali memuji Elio sebagai petualangan yang menyenangkan, sementara 20% netizen Jakarta menganggapnya kurang mendalam dibandingkan Coco atau Inside Out. Video ulasan di Surabaya ditonton 4,5 juta kali, mencerminkan antusiasme. Meski demikian, The Guardian mencatat Elio hanya meraup $21 juta di Amerika Utara pada akhir pekan pembukaan, terendah dalam sejarah Pixar, akibat persaingan dengan How to Train Your Dragon. Namun, skor A CinemaScore dan acara nobar di Jakarta, yang menarik 3,500 peserta, menunjukkan potensi keberhasilan jangka panjang, mirip Elemental.
Prospek Masa Depan: Review Dari Film Elio
Elio mendorong diskusi tentang animasi orisinal di tengah dominasi sekuel. “Jakarta Animasi Fest 2026” di Jakarta dan Bali, menargetkan 5,000 peserta, akan mempromosikan narasi anak-anak yang kompleks, menggunakan analisis AI (akurasi 85%). Video promosi festival ditonton 4,3 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 12%. Dengan pendekatan emosional dan visual yang kuat, Elio berpotensi menjadi favorit keluarga melalui streaming, meski tidak mencapai puncak klasik Pixar.
Kesimpulan: Review Dari Film Elio
Elio (2025) adalah petualangan luar angkasa Pixar yang memukau secara visual dan menyentuh hati dengan tema kesepian dan penerimaan diri. Meski narasinya kadang klise dan kurang mendalam, kekuatan animasi, karakter seperti Glordon, dan momen emosional membuatnya layak ditonton. Hingga 5 Juli 2025, Elio memikat penonton di Jakarta, Surabaya, dan Bali, meski menghadapi tantangan box office. Dengan pesan universal dan visual memukau, Elio tetap menjadi tambahan berharga di katalog Pixar, menginspirasi anak-anak dan dewasa untuk menemukan “teman” di alam semesta.