review-film-the-classic

Review Film The Classic

Review Film The Classic. Film The Classic yang dirilis pada tahun 2003 lalu, hingga kini masih sering dibicarakan sebagai salah satu karya romansa Korea yang paling menyentuh hati. Disutradarai oleh Kwak Jae-yong, film ini menghadirkan kisah cinta paralel antara seorang ibu di masa lalu dan putrinya di masa kini. Dibintangi Son Ye-jin yang memerankan dua karakter sekaligus, serta Cho Seung-woo dan Jo In-sung sebagai pemeran utama pria, film ini berhasil menangkap esensi cinta pertama yang penuh haru dan pilu. Meski sudah berusia lebih dari dua dekade, popularitasnya tak pudar, terutama di kalangan penonton yang menyukai drama romantis klasik. Baru-baru ini, banyak penonton muda kembali menontonnya melalui platform digital, membuatnya terasa segar lagi di akhir 2025 ini. INFO SLOT

Sinopsis dan Struktur Cerita: Review Film The Classic

Cerita The Classic berpusat pada Ji-hae, seorang mahasiswi pemalu yang membantu temannya menulis surat cinta kepada Sang-min, pria yang disukainya. Tak disangka, Ji-hae justru jatuh cinta pada Sang-min melalui surat-surat itu. Saat membersihkan rumah, Ji-hae menemukan kotak surat lama milik ibunya, Joo-hee, yang menceritakan kisah cinta di era 1960-an. Kisah masa lalu itu melibatkan Joon-ha, pria sederhana yang mencintai Joo-he secara diam-diam, sambil membantu temannya menyampaikan perasaan.

Struktur paralel antara masa kini dan masa lalu menjadi kekuatan utama film ini. Kedua cerita saling terkait melalui elemen-elemen simbolis seperti hujan, payung, dan surat cinta. Adegan flashback yang halus membuat penonton mudah mengikuti alur, sambil merasakan bagaimana cinta sering kali berulang dalam bentuk yang mirip antar generasi. Durasi sekitar dua jam terasa pas, meski beberapa bagian terasa lambat untuk membangun emosi mendalam.

Akting dan Chemistry Para Pemain: Review Film The Classic

Son Ye-jin benar-benar bersinar di film ini dengan memerankan Ji-hae dan Joo-hee secara bergantian. Ia mampu menunjukkan perbedaan nuansa antara gadis modern yang ragu-ragu dan wanita masa lalu yang polos namun penuh semangat. Chemistrynya dengan Cho Seung-woo di segmen masa lalu terasa sangat alami dan mengharukan, terutama dalam adegan-adegan romantis di bawah hujan yang ikonik. Cho Seung-woo memerankan Joon-ha dengan penuh kehangatan, membuat penonton ikut merasakan pengorbanannya.

Sementara itu, Jo In-sung sebagai Sang-min di masa kini membawa energi segar yang lebih santai, meski perannya sedikit kurang mendalam dibandingkan segmen flashback. Secara keseluruhan, akting para pemain utama membuat cerita terasa hidup dan relatable, seolah-olah kita sedang menyaksikan kisah nyata tentang cinta yang tak terucapkan.

Elemen Visual dan Musik Pendukung

Salah satu daya tarik terbesar The Classic adalah sinematografinya yang indah. Pemandangan pedesaan Korea di era 1960-an digambarkan dengan warna hangat dan lembut, kontras dengan kehidupan kota yang lebih modern di masa kini. Adegan hujan menjadi momen paling berkesan, di mana air hujan seolah menjadi simbol emosi yang meluap. Penggunaan slow-motion dan close-up wajah para aktor berhasil menangkap ekspresi halus yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Tak kalah penting, soundtrack film ini penuh dengan musik klasik seperti karya Bach dan Pachelbel’s Canon, yang menyatu sempurna dengan adegan romantis. Lagu-lagu instrumental itu masih sering diputar hingga sekarang, membangkitkan nostalgia bagi penonton lama dan menarik perhatian penonton baru. Kombinasi visual dan audio ini membuat film terasa timeless, seolah tak termakan waktu.

Kesimpulan

The Classic tetap layak disebut sebagai salah satu film romansa terbaik dari Korea, bahkan di tengah banyaknya produksi baru saat ini. Kisahnya yang sederhana tapi penuh makna tentang cinta, pengorbanan, dan takdir berhasil menyentuh hati tanpa terasa berlebihan. Meski ada bagian yang terasa klise bagi sebagian orang, justru itulah yang membuatnya “klasik” – mengingatkan kita pada esensi cinta sejati yang abadi. Bagi yang belum menonton, film ini sangat direkomendasikan untuk akhir pekan santai, terutama jika suka cerita yang bisa membuat air mata menetes. Setelah lebih dari 20 tahun, The Classic masih mampu membuktikan bahwa cinta baik tak pernah usang.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *