Review Film Batman v Superman: Dawn of Justice
Review Film Batman v Superman: Dawn of Justice. Dirilis pada 25 Maret 2016, Batman v Superman: Dawn of Justice adalah film superhero epik yang disutradarai Zack Snyder, menyatukan dua ikon DC Comics, Batman dan Superman, dalam satu layar. Film ini, yang merupakan sekuel Man of Steel (2013), menjadi fondasi penting bagi DC Extended Universe (DCEU). Dengan Henry Cavill sebagai Superman dan Ben Affleck sebagai Batman, film ini menuai pro dan kontra, namun tetap relevan di kalangan penggemar, terutama dengan rilis ulang versi Ultimate Edition di platform streaming pada 2025 untuk memperingati ulang tahun kesepuluh. Apa cerita film ini, mengapa layak ditonton, dan apa saja kelebihan serta kekurangannya? Berikut ulasannya. BERITA BASKET
Ringkasan Singkat Mengenai Film Ini
Batman v Superman: Dawn of Justice berfokus pada konflik antara Bruce Wayne/Batman (Ben Affleck) dan Clark Kent/Superman (Henry Cavill) setelah kehancuran Metropolis di Man of Steel. Batman, yang melihat Superman sebagai ancaman bagi umat manusia, bertekad menghentikannya dengan bantuan kriptonit. Sementara itu, Clark berjuang melawan persepsi publik yang memandangnya sebagai dewa atau bahaya. Di balik layar, Lex Luthor (Jesse Eisenberg) memanipulasi keduanya untuk bertarung, sambil menciptakan monster Doomsday dari DNA Krypton. Film ini juga memperkenalkan Wonder Woman (Gal Gadot), yang bergabung untuk menghadapi ancaman besar. Dengan durasi 2 jam 31 menit (atau 3 jam untuk Ultimate Edition), film ini menggabungkan aksi, intrik, dan tema tentang kekuasaan serta pengorbanan.
Apa yang Membuat Film Ini Bagus Untuk Ditonton
Batman v Superman menawarkan pengalaman sinematik yang megah dengan pertarungan ikonik antara dua superhero terbesar DC. Adegan klimaks “Batman vs. Superman” di pelabuhan Gotham, dengan Batman menggunakan baju zirah dan kriptonit, adalah salah satu momen paling mendebarkan dalam genre superhero. Kemunculan Wonder Woman dalam pertarungan melawan Doomsday, diiringi tema musik Hans Zimmer dan Junkie XL, menjadi sorotan yang epik dan menginspirasi film solo Wonder Woman (2017). Visual khas Zack Snyder, dengan palet warna gelap dan sinematografi dramatis, memberikan nuansa epik yang cocok untuk penggemar aksi skala besar.
Film ini juga menarik karena mengeksplorasi tema berat seperti moralitas, kepercayaan publik, dan konsekuensi kekuasaan super. Penggambaran Batman yang lebih gelap dan brutal oleh Affleck, serta Superman yang introspektif oleh Cavill, memberikan kedalaman emosional. Ditambah kemunculan karakter seperti Lois Lane (Amy Adams) dan Alfred (Jeremy Irons), film ini kaya akan dinamika karakter. Versi Ultimate Edition, dengan tambahan 30 menit adegan, memperbaiki alur cerita yang lebih koheren, menjadikannya wajib tonton bagi penggemar DC yang ingin pengalaman lebih lengkap.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif film ini terletak pada ambisi naratif dan visualnya. Penampilan Ben Affleck sebagai Batman dianggap salah satu yang terbaik, menampilkan Bruce Wayne yang berpengalaman dan penuh trauma. Gal Gadot sebagai Wonder Woman mencuri perhatian, menjadi titik terang dalam narasi yang kelam. Skor musik Hans Zimmer, terutama tema Wonder Woman, menambah intensitas emosional. Adegan aksi, seperti pertarungan di gudang dan klimaks melawan Doomsday, menawarkan koreografi yang memukau. Ultimate Edition juga memperbaiki kelemahan versi teater dengan menjelaskan motivasi Lex Luthor dan alur investigasi Lois Lane.
Namun, film ini memiliki kekurangan. Versi teater dikritik karena pacing yang tidak merata dan alur yang terasa penuh sesak, mencoba memasukkan terlalu banyak elemen seperti pengenalan Justice League dan konflik Doomsday dalam satu film. Penggambaran Lex Luthor oleh Jesse Eisenberg sebagai penutur eksentrik terasa tidak konsisten dengan karakter klasiknya, membuat beberapa penggemar kecewa. Selain itu, nada film yang sangat serius dan minim humor membuatnya kurang accessible bagi penonton yang menyukai pendekatan lebih ringan seperti film Marvel. Resolusi konflik Batman-Superman yang terlalu cepat, melalui momen “Martha,” juga dianggap memaksa oleh sebagian penonton.
Kesimpulan: Review Film Batman v Superman: Dawn of Justice
Batman v Superman: Dawn of Justice adalah film superhero yang ambisius dengan visual memukau dan tema mendalam tentang kekuasaan dan pengorbanan. Meski versi teater memiliki kelemahan seperti pacing buruk dan karakter Lex Luthor yang kontroversial, Ultimate Edition menawarkan pengalaman yang lebih koheren dan memuaskan. Penampilan Affleck, Cavill, dan Gadot, ditambah aksi epik dan musik Hans Zimmer, menjadikan film ini layak ditonton ulang, terutama di 2025 dengan rilis versi 4K. Bagi penggemar DC atau penikmat cerita superhero yang kompleks, film ini tetap menjadi pilar penting DCEU, meski tidak sempurna.