Review Film KKN di Desa Penari
Review Film KKN di Desa Penari. Film KKN di Desa Penari (2022), disutradarai oleh Awi Suryadi, menjadi fenomena tersendiri di perfilman Indonesia. Diadaptasi dari utas Twitter viral karya SimpleMan, film ini berhasil menarik perhatian jutaan penonton dan mencatatkan diri sebagai salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan lebih dari 9 juta penonton. Dirilis dalam dua versi, yaitu versi cut (13+) dan uncut, film ini menghadirkan kisah horor yang berlatar di desa terpencil dengan nuansa mistis khas Indonesia. Artikel ini akan mengulas ringkasan film, alasan mengapa film ini layak ditonton, serta sisi positif dan negatif dari karya yang begitu ramai diperbincangkan ini. BERITA BOLA
Ringkasan Singkat Mengenai Film Ini
KKN di Desa Penari mengisahkan enam mahasiswa—Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha)—yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil di Jawa Timur. Mereka disambut oleh Pak Prabu (Kiki Narendra), kepala desa, yang memberikan aturan ketat, termasuk larangan mendekati gapura terlarang. Namun, pelanggaran aturan oleh beberapa anggota kelompok memicu serangkaian kejadian supranatural yang mengerikan. Sosok Badarawuhi (Aulia Sarah), penari misterius yang merupakan penguasa desa, menjadi pusat teror yang menghantui mereka. Film ini menggabungkan elemen horor dengan mitologi lokal, menghadirkan ketegangan melalui cerita yang terinspirasi dari kisah nyata, sebagaimana diklaim oleh utas aslinya.
Kenapa Film Ini Layak Untuk Ditonton
KKN di Desa Penari layak ditonton karena keberhasilannya menghadirkan horor yang kental dengan budaya lokal Indonesia. Film ini memanfaatkan mitologi Jawa, seperti keberadaan makhluk halus dan ritual mistis, yang membuatnya terasa autentik dan dekat dengan penonton Indonesia. Visualisasi desa terpencil dengan suasana kelam dan hutan yang menyeramkan menambah daya tarik, terutama bagi pecinta horor yang menyukai atmosfer mencekam. Akting para pemain, khususnya Tissa Biani sebagai Nur dan Aulia Sarah sebagai Badarawuhi, cukup memukau dan mampu menyampaikan emosi yang intens. Selain itu, film ini menawarkan pengalaman unik dengan dua versi—cut dan uncut—yang memungkinkan penonton memilih intensitas horor sesuai preferensi. Keberhasilan film ini di box office juga menunjukkan daya tariknya yang luas, menjadikannya tontonan wajib bagi yang ingin merasakan sensasi horor Indonesia yang modern namun tetap berakar pada tradisi.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Dari sisi positif, KKN di Desa Penari berhasil memvisualisasikan kisah viral dengan baik, dengan sinematografi yang menawan dan desain produksi yang mendukung suasana horor. Penggunaan elemen budaya lokal, seperti tarian tradisional dan mitos Jawa, memberikan kedalaman pada cerita dan membuatnya berbeda dari film horor Barat. Akting para pemeran, terutama dalam adegan-adegan emosional, juga menjadi nilai tambah. Selain itu, film ini berhasil menciptakan hype besar sebelum rilis, berkat popularitas utas Twitter, yang membuatnya relevan bagi penonton muda. Namun, dari sisi negatif, alur cerita film ini terasa kurang padu, terutama pada versi cut yang sering kali terasa terputus-putus karena pemotongan adegan. Beberapa penonton menganggap film ini terlalu setia pada utas aslinya, sehingga terasa kaku dan kurang inovatif dalam pengembangan plot. Selain itu, durasi versi uncut yang hampir tiga jam bisa terasa panjang dan melelahkan bagi sebagian penonton. Elemen jumpscare juga kadang terasa berlebihan, mengurangi ketegangan psikologis yang seharusnya menjadi kekuatan utama.
Kesimpulan: Review Film KKN di Desa Penari
KKN di Desa Penari adalah pencapaian besar dalam perfilman horor Indonesia, berhasil mengangkat kisah viral menjadi tontonan yang menarik dan penuh atmosfer. Dengan kekuatan pada visual, budaya lokal, dan akting yang solid, film ini layak mendapat tempat di hati penonton, terutama mereka yang menyukai horor berbalut mitologi. Meski memiliki kekurangan seperti alur yang kurang rapi dan durasi yang panjang, film ini tetap menjadi bukti bahwa perfilman Indonesia mampu menghadirkan karya yang kompetitif dan resonan dengan audiens lokal. Bagi kamu yang ingin merasakan ketegangan horor dengan sentuhan budaya Jawa, KKN di Desa Penari adalah pilihan yang tidak boleh dilewatkan, terutama versi uncut untuk pengalaman yang lebih lengkap.