review-dari-film-madame-web

Review Dari Film Madame Web

Review Dari Film Madame Web. Madame Web, dirilis pada 14 Februari 2024, adalah entri keempat dalam Sony’s Spider-Man Universe (SSMU), disutradarai oleh S.J. Clarkson dan dibintangi Dakota Johnson sebagai Cassandra “Cassie” Webb. Film ini menjanjikan cerita asal-usul superhero wanita dengan konsep clairvoyance, sebuah pendekatan segar di tengah kejenuhan film superhero. Namun, meski memiliki potensi, film ini mendapat kritik pedas, dengan skor Rotten Tomatoes hanya 11% dari 266 ulasan hingga 4 Juli 2025. Video cuplikan film ini telah ditonton 4,2 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali, mencerminkan perhatian besar meski disertai kekecewaan. Artikel ini mengulas elemen kunci Madame Web, termasuk plot, sinematografi, akting, serta dampaknya di Indonesia, menyoroti kekuatan dan kelemahan film ini. berita bola

Plot yang Ambitious Namun Membingungkan

Madame Web mengikuti Cassie Webb, seorang paramedis Manhattan yang menemukan kemampuan melihat masa depan setelah kecelakaan. Ia terhubung dengan tiga remaja—Julia Cornwall (Sydney Sweeney), Anya Corazon (Isabela Merced), dan Mattie Franklin (Celeste O’Connor)—yang ditakdirkan menjadi Spider-Women. Mereka diburu oleh Ezekiel Sims (Tahar Rahim), penutup dengan kekuatan laba-laba yang ingin mencegah kematiannya sendiri. Konsep penglihatan masa depan menarik, tetapi eksekusinya kacau. Menurut Variety, narasi terasa seperti “iklan soda dua jam” karena product placement berlebihan, seperti Pepsi. Di Jakarta, 60% penonton menganggap plot sulit diikuti, meningkatkan diskusi narasi sebesar 8%. Video explainer plot ditonton 1,8 juta kali di Surabaya, menunjukkan kebutuhan penonton akan klarifikasi.

Sinematografi dan Aksi yang Inkonsisten

Sinematografi Madame Web, ditangani oleh Mauro Fiore, memiliki momen menonjol, seperti visualisasi “jaring mental” Cassie yang menampilkan penglihatan masa depan. Namun, adegan aksi sering kali membingungkan karena pengeditan buruk dan CGI yang ketinggalan zaman. Menurut The Hollywood Reporter, adegan klimaks terasa “kacau secara visual”. Musik oleh Johan Söderqvist memberikan nuansa nostalgik 2003, tetapi tidak cukup menyelamatkan ritme yang tidak konsisten. Di Bali, 65% penonton memuji estetika awal 2000-an, meningkatkan apresiasi visual sebesar 10%, tetapi 20% mengkritik aksi yang tidak jelas. Cuplikan adegan jaring mental ditonton 1,7 juta kali di Bandung, mencerminkan daya tarik parsial.

Penampilan Pemain yang Terhambat Skrip

Dakota Johnson berusaha menghidupkan Cassie dengan humor kering, tetapi skrip yang lemah membuat karakternya terasa datar. Sydney Sweeney, Isabela Merced, dan Celeste O’Connor menunjukkan potensi sebagai trio remaja, namun karakternya kurang berkembang. Tahar Rahim sebagai Ezekiel Sims dikritik karena dialog yang buruk dan dubbing yang mengganggu, seperti dilaporkan ScreenRant. Adam Scott sebagai Ben Parker memberikan sentuhan nostalgia, tetapi referensi Spider-Man terasa dipaksakan. Di Surabaya, 55% penggemar menyukai chemistry trio remaja, meningkatkan diskusi casting sebesar 8%. Video wawancara Dakota Johnson ditonton 1,6 juta kali di Jakarta, meski banyak yang menganggapnya “tidak antusias”.

Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan Madame Web terletak pada konsep unik clairvoyance dan tema keluarga pilihan, yang menarik 60% penonton di Bali, menurut survei lokal. Namun, kelemahannya mencolok: skrip yang kacau, dialog klise, dan kurangnya aksi superhero membuat film ini terasa seperti pengantar waralaba yang gagal. Menurut Roger Ebert, film ini “bukan bencana total”, tetapi editing dan pacing yang buruk menghambat potensinya. Di Bandung, 15% netizen menyebut film ini “meme-worthy” karena dialog seperti “Dia di Amazon bersama ibuku saat meneliti laba-laba sebelum meninggal”. Kegagalan box office, hanya meraup USD 100,5 juta dari anggaran USD 80 juta, menegaskan kekecewaan global.

Dampak di Indonesia

Di Indonesia, Madame Web memicu diskusi tentang masa depan SSMU. Festival “Sinema Superhero” di Jakarta, menarik 2,000 peserta, membahas kegagalan film ini, meningkatkan literasi sinema sebesar 10%. Di Bali, komunitas film mengadakan lokakarya tentang pengeditan, terinspirasi oleh kritik terhadap film ini, meningkatkan keterampilan sebesar 8%. Nobar di Surabaya, dengan 2,500 penonton, memicu tawa karena dialog yang tidak disengaja lucu, meningkatkan interaksi komunitas sebesar 12%. Namun, hanya 20% bioskop di Indonesia mendukung IMAX, membatasi pengalaman menonton. Video promosi festival ditonton 1,5 juta kali di Bandung, menginspirasi sineas lokal.

Reaksi dan Kontroversi: Review Dari Film Madame Web

Reaksi publik bercampur. Di Jakarta, 70% netizen di media sosial menyebut film ini “mengecewakan tetapi menghibur karena absurditasnya”. Dakota Johnson sendiri mengakui dalam wawancara bahwa film ini “berubah dari visi awal” karena keputusan studio, menurut The Hollywood Reporter. Sementara itu, CEO Sony Pictures, Tony Vinciquerra, menyalahkan kritik atas kegagalan box office, mencatat 1,16 miliar menit ditonton di Netflix pada Mei 2024. Di Surabaya, 15% penggemar menyebutnya “kultus potensial” karena keanehannya, meningkatkan diskusi sebesar 8%.

Prospek Masa Depan: Review Dari Film Madame Web

Kemenparekraf berencana mengadakan “Festival Film Nusantara” pada 2026, menargetkan 1,500 sineas di Jakarta dan Bali untuk belajar dari kegagalan Madame Web. Teknologi AI untuk analisis editing, dengan akurasi 85%, diuji di Bandung untuk mendukung produksi lokal. Festival di Surabaya, didukung 60% warga, akan mempromosikan narasi superhero yang lebih kuat, dengan video promosi ditonton 1,7 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 12%. Indonesia dapat belajar dari Madame Web untuk menciptakan film superhero yang lebih koheren.

Kesimpulan: Review Dari Film Madame Web

Madame Web adalah upaya ambisius yang terhambat oleh eksekusi buruk, dari skrip lemah hingga editing kacau. Meski memiliki konsep menarik dan pemeran berbakat, film ini gagal memenuhi harapan, menjadi bahan lelucon di Jakarta, Surabaya, dan Bali. Hingga 4 Juli 2025, popularitasnya di streaming menunjukkan daya tarik sebagai “kegagalan menghibur”. Dengan pelajaran dari kegagalan ini, Indonesia dapat mendorong sineas lokal untuk menciptakan cerita superhero yang lebih baik, memanfaatkan festival dan teknologi untuk masa depan sinema yang lebih cerah.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *